10 Puisi Legendaris dari Chairil Anwar Hingga Aan Mansyur: Sastra Indonesia yang Menggetarkan Jiwanya

10 Puisi Legendaris dari Chairil Anwar Hingga Aan Mansyur: Sastra Indonesia yang Menggetarkan Jiwanya

Puisi
Indonesia berkembang melalui generasi penyair yang menghadirkan perubahan. Dari ciri khas lama yang kaku, muncul ungkapan bebas berkat figur seperti Chairil Anwar.

Topik dalam puisi semakin beragam, mulai dari asmara hingga kritik terhadap masalah sosial. Saat ini, puisi tidak hanya dinikmati melalui bacaan saja, tetapi juga disuarakan sebagai lagu dan dipentaskan di berbagai platform menggunakan istilah musikalisasi puisi.

Puisi mengkomunikasikan pesan melalui kalimat yang sederhana namun berdaya tarik. Karya seni ini menciptakan tempat bagi ekspresi emosi dan pikiran dalam secara mendalam.

Berikut ini sejumlah
syair paling luar biasa hasil karya sastrawan Indonesia
Berikut di antaranya adalah Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono. Silakan baca teks berikut ini untuk informasi lebih lanjut.

Terbaik Puisi dari Para penyair Indonesia

1. Tak Sepadan

Karya: Chairil Anwar

Aku kira:

Beginilah nanti jadinya

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa Ahasvéros.

Dikutuk sumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tiada satupun pintu yang terbuka.

Maka sebaiknya kita campurkan semuanya.

Unggunan api ini

Karena kau tidak ‘kan apa apa

Aku terpanggang tinggal rangka.

2. Itu Merupakan Zaman Untuk yang Fana

Karya: Sapardi Djoko Damono

Yang kekal adalah waktu. Kami tak pernah berhenti mengumpulkan setitik demi setitik,

merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa

“Tetapi, hal yang sementara hanyalah waktu, bukan?” kau bertanya.

Kita abadi.

3. Kekasih

Karya: WS Rendra

Kekasihku seperti burung murai.

Suaranya merdu.

Matanya kaca.

Hatinya biru.

Kekasihku seperti burung murai.

Nestel rahasia di lubuk jantung.

Muraiku,

Hati kami berdua seperti pelangi dengan dua belas warna.

4. Lukisan Berwarna

Karya: Joko Pinurbo

untuk Andreas dan Dorothea

Hujan beratus warna

terciprat pada lapangan kain senja.

Pohon-pohon bersorak gembira

karena ranting-rantingnya yang terluka

Kuncup punya daun yang berwarna-warni seperti ratusan kelopak.

Burung-burung bernyanyi riang,

melayang dengan gemuruh dari ranting ke ranting

dengan sayap beratus warna.

Dua malaikat cilik sedang menenun cahaya.

membentangkan bianglala

di bawah langit yang beraneka ragamwarna.

Rimba air mata bervariasi warnanya yang kau curahkan

ke celah-celah sunyi

yang belum pernah terkena warna.

5. Herman

Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Herman tidak dapat berpijak di bumi dan juga belum bisa menghabiskan malam di bulan.

tidak mampu memberikan kehangatan saat matahari terbit tidak dapat membawa keteduhan kepada jiwa

birunya tidak dapat direalisasikan oleh Lazuardi, dia juga tidak sanggup menunggu di tanah tersebut.

Tidak mungkin bersandar pada angin atau beristirahat di awan.

tidak dapat mencapai kata-kata tidak dapat tetap diam tidak dapat terkendali di lidah

tidak dapat digenggam di tangan tak bisik-tak bisik-tak bisik-tak bisik-tak bisik-tak bisa

Di manakah Herman? Kau tahu?

tolong Herman tolong tolong tolong tolong tolong tolong tolong ngngngngngng!

6. Kembalikan Indonesia Padaku

Karya: Taufiq Ismail

Masa depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang terbuka lebar.

Masa depan Indonesia adalah seperti bola-bola lampu berdaya 15 watt.

Sebahagian warnanya putih dan sebahagian lagi hitam, yang bersinar secara bergilir-gilir.

Masa depan Indonesia adalah permainan ping pong dari pagi hingga malam.

dengan bola berbentuk mirip dengan telur angsa

Masa depan Indonesia adalah kepulauan Jawa yang terendam.

karena seratus juta penduduknya

Kembalikan Indonesia padaku

Masa depan Indonesia adalah satu juta orang bermain pingpong.

Sore hingga dini hari dengan bola telur angsa terlihat jelas di bawah cahaya lampu 15 watt

Masa depan Indonesia ada di Pulau Jawa dan akan berubah secara perlahan.

tenggelam lantaran berat bebannya

selanjutnya, angsa-angsa berenang di permukaannya

Masa depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang terbuka lebar.

Dan di dalam mulut tersebut terdapat bola-bola lampu dengan daya 15 watt.

Sebagian berwarna putih dan sebagian berwarna hitam yang bersinar secara bergilir-giliran.

Masa depan Indonesia adalah seperti angsa-angsanya yang putih.

yang berenang sambil memainkan permainan pingpong

Di atas pulau Jawa yang telah tenggelam tersebut

dan mengangkut seratus juta bola lampu berdaya 15 watt ke dasar laut

Kembalikan Indonesiaku

7. Dalam Kemah

Karya: Goenawan Mohamad

Sejak awal, kami sudah jujur tentang suatu pemikiran: cinta hanyalah serangkaian momen singkat yang mengganggu – lima menit, tujuh menit, atau bahkan hanya beberapa detik. Aku juga akan memandangi kamu saat tertidur.

Apa yang membuatmu tertidur pulas setelah sebuah obrolan? Bisa jadi kita sebenarnya telah terhipnotis oleh deru hujan di atap tenda. Dalam ruangan pelindung singkat ini, saya, dengan penuh harapan, selalu merasa bahwa wajah suram itu sebenarnya ingin memberi kesenangan; hanya api unggun tidak lagi menyala—sekarang minyak petromax tampak redup. Waktu seperti menjadi lebih lambat. Lalu saat hujan berakhir, malam terasa semakin panjang akibat bunyi dedaunan dari pepohonan.

Setelah itu kamu bermimpi. Saya melihat seorang pria muncul dari udara yang dingin dan napasmu: saya melihat rupa tubuhmu, bergerak menuju hutan. Saya tidak dapat menghampirinya.

Aku dekap kamu.

Setelah itu aroma asam rumput serta baunya ganja perlahan menghilang dari kami.

8. Dia dan Aku

Karya: Sitor Situmorang

Apakah kita akan berhubungan intim di tengah ketiadaan alam semesta?

– Bukankah atmosfer kosong menginginkan nilai?

Datanglah, Kak, rapatkan hatimu ke sumber api ini

Namun pastikan untuk tidak terlalu hangus.

Apakah kita akan memulai pembicaraan seperti ini?

– Bukankah dunia dipenuhi dengan bunyi yang diinginkan makna?

Mari, Dik, rapatkan telingamu kebisukan jiwa.

Namun jangan terlalu berusaha keras untuk bernapas sambil menyanyi.

Bukankah dada hamparkan warna

Di pelaminan giliran terus berubah

Padamu juga kesalahan dan janjinya

Akan ke permainan rahasia

Permainan cumbu-dendam silih berganti

Kemasygulan tangkap dan lari

9. Ujung-ujung Hujan

Karya: Aan Mansyur

dahulu di saat hampa kita bercinta

sambil membayangkan ujung-ujung hujan

seperti kembang api yang menyambut perayaan

Cinta yang tidak akan terpisahkan

hingga sampailah hari-hari tersebut

Kamu pergi, aku tutup pintunya.

dan akhirnya hujan yang turun

berubah menjadi rumput dan semak-semak

Hari ini, tanpa sengaja aku teringat tentangmu.

di dadanya jalanan yang mengantarmu pergi jauh

tiap tetes hujan yang mengenai

adalah mekaran bunga-bunga beribu

10. Aku

Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku

‘Aku ingin agar tidak ada yang mengajak rayu.’

Tidak juga kau

Tidak perlu bersedih untuk hal sepele tersebut

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka serta botol dapat kulibas dengan cepat

Berlari

Hingga hilang pedih perih

Dan akan semakin tak mempedulikan

Saya ingin hidup selama satu ribu tahun lagi.

Berikut adalah beberapa sajak terpilih hasil ciptaan para penyair asal Indonesia yang sarat dengan pesan mendalam. Melalui kumpulan syair-syair ini, kita dapat menyimak nada-nada emosi, keelokan pemilihan kalimat, serta refleksi tentang kehidupan yang dipersembahkan dengan cara yang memesona dan berarti.

Post Comment