Munas XI HARPI Melati di Solo: Mengukuhkan Jati Diri Budaya Indonesia Lewat Keindahan Tata Rias Pengantin Tradisional

Munas XI HARPI Melati di Solo: Mengukuhkan Jati Diri Budaya Indonesia Lewat Keindahan Tata Rias Pengantin Tradisional

jateng.

, SOLO – Sekitar 560 wakil dari 22 DPD Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) “Melati” turut serta dalam Munas XI yang berlangsung di Gedung Wanita, Solo, Jawa Tengah, tanggal 10-11 Juni 2025.

Ketua Umum DPP HARPI “Melati” Suyatmi Harun mengungkapkan bahwa Munas kali ini merupakan kesempatan berharga bagi pengorganisasian ulang dan penilaian terhadap kegiatan kerja dalam jangka waktu 2019 hingga 2025.

Pada pertemuan nasional tersebut, diskusi meliputi petunjuk arah kebijakan serta agenda kerja untuk jangka waktu lima tahun mendatang, yang mencakup pemilihan presiden umum untuk masa jabatan 2025 hingga 2030.

“Munas ini bertujuan sebagai pemeriksaan kinerja selama lima tahun terakhir serta perencanaan agenda untuk lima tahun mendatang. Di samping itu, Munas juga berfungsi untuk mempromosikan pendidikan mengenai teknik make-up pengantin adat beserta perkembangan kreatifitas di bidang tersebut,” jelas Suyatmi dalam penjelasannya pada hari Selasa (10/6).

Munas yang mengangkat tema
Menggunakan Citra Pengantin Tradisional Nusantara untuk Membuat HARPI Melati menjadi Organisasi yang Serasi dan Efektif pada Zaman Digital
Ini pun diikuti oleh beragam acara seperti makan malam formal, seminar, dan perlombaan makeup pernikahan yang mencakup budaya dari wilayah-wilayah berbeda.

Suyatmi menggarisbawahi bahwa HARPI “Melati” bukan saja berperan sebagai lembaga pemelihara warisan budaya, melainkan juga pionir untuk terobosan baru di bidang merias pengantin.

“Memberikan lapangan kepada para penata rambut pemula agar dapat menampilkan keahlian dan berkompetisi dengan cara yang profesional. Acara ini pun menjadi standar mutu mereka dalam menghadapi dinamika trend,” jelasnya.

Kategori kompetisi meliputi beragam gaya makeup tradisional, antara lain Paes Yogya Jangan Menir, Solo Putri, Bugis, Sunda Siger, sampai Jambi, serta variasi baru pada model jubah gaun panjang. Para peserta datang dari seluruh wilayah nusantara, bahkan ada yang berasal di luar pulau Jawa.

Pemilihan kota Solo menjadi tempat penyelenggaraan Munas XI tidak dilakukan begitu saja. Sebagaimana dikatakan oleh Suyatmi, Solo menghadirkan daya tarik berupa sejarah dan kebudayaan yang signifikan serta sudah terkenal secara luas baik di level nasional maupun internasional.

“Kota Solo merupakan pusat kebudayaan yang istimewa. Warisan seninya sangat menakjubkan, penduduknya bersahabat, dan masakannya populer. Hal ini bukan sekadar omong kosong, melainkan menjadi faktor penentu utama bagi kami,” katanya.

Di samping itu, penerapan acara di Solo ditargetkan agar dapat meningkatkan ketertarikan publik pada umumnya dalam mempelajari keragaman hiasan pernikahan nusantara, serta merangsang pertumbuhan wisata berbasis budaya.

HARPI “Melati” juga memperlihatkan kesetiaannya pada dukungan program pemerintahan untuk mengembangkan pendidikan informal di sektor seni merias pengantin. Organisasi tersebut berkolaborasi dengan Kemendikbudristek RI sebagai mitra penting dalam menyelenggarakan pelatihan kemampuan rias pernikahan yang bisa dinikmati publik secara umum, terlebih bagi kalangan usia produktif antara 17 hingga 25 tahun.

“Kami bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat berkompetisi pada level nasional serta internasional. Setiap anggota HARPI memiliki kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan melalui tes tersertifikasi, yang akan menjadi bukti mutu mereka,” jelas Suyatmi.

Sampai saat ini, HARPI “Melati” sudah mempunyai 28 DPD serta lebih dari 350 DPC yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Lembaga ini didirikan pada tahun 1981 dengan tujuan pokok untuk mengeksplorasi, melestarikan, dan mengoptimalkan seni merias wajah pengantin tradisional Indonesia.

(jpnn)

Post Comment