SD Terdekat dengan Bandara Internasional Majalengka Nonaktifkan Ujian Sekolah, Fakta di Baliknya Memilukan
KABAR MAJALENGKA
– Pada hari yang sama ketika ribuan siswa kelas 6 Sekolah Dasar sedang sibuk melaksanakan Ujian Sekolah secara bersama-sama pada Senin (26/5/2025), situasi unik ditemukan di SDN Kertasari 3, Desa Kertasari, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Tidak seperti tempat lainnya, sekolah tersebut tidak menyelenggarakan ujian apa pun karena… tak mempunyai seorang pun siswanya dari kelas 6.
Iya, tidak terdengar bunyi gesekan pensil di atas kertas, dan juga tak ada ekspresi cemas muncul dari balik meja. Sekolah Dasar Negeri Kertasari 3 sungguh sepi tanpa adanya kegiatan ujian lantaran tidak memiliki murid kelas enam untuk dites. Total jumlah anak didiknya cuma berjumlah tuju belas jiwa saja, menyebar merata mulai dari tingkat satu sampai lima.
Berikut sebarannya:
*Kelas 1: 3 siswa*
* Kelas 2: 4 siswa
*Kelas 3: 3 siswa*
* Kelas 4: 1 siswa
*Kelas 5: 8 siswa*
* Kelas 6: nihil
Keadaan ini tidak asing lagi untuk SDN Kertasari 3. Setiap kali masa pengenalan pelajaran dimulai, sekolah tersebut sering mengalami kendala dalam merekrut siswa baru. Di musim ini sendiri, hanya terdapat 3 anak baru — dan itu pun berkat tekad orangtua mereka masing-masing. Selebihnya cenderung lebih suka menempuh pendidikan di tempat yang lebih dekat atau memiliki populasi siswa yang lebih banyak.
Sebenarnya, dalam hal fasilitas, sekolah ini cukup layak. Pembangunannya dimulai tahun 2017 untuk menggantikan gedung lama yang harus digusur oleh proyek pengembangan Aero City Bandara Kertajati. Bangunan baru tersebut kini berdiri kokoh di antara lahan pertanian, kurang lebih 500 meter jauhnya dari permukiman penduduk setempat.
Meskipun tempat tersebut dianggap “terpencil,” hal itu malah menjadi alasan terbesar bagi para orangtua untuk tidak mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah di situ. Menurut penjelasan dari Kepala SDN Kertasari 3, Sofia Midawaty, alasan yang diberikan adalah “terlalu jauh dan berada di antara persawahan.”
Permasalahan tidak berakhir pada jumlah murid saja. Di samping itu, lembaga pendidikan ini juga menghadapi defisit dalam hal staf pengajar. Sekarang baru terdapat dua instruktur: seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta seorang yang bekerja secara honor. Lebih lanjut lagi, informasi yang kurang menyenangkan adalah bahwa guru PNS tunggal tersebut direncanakan untuk pensiun pada bulan Juli tahun 2025 nanti.
“Sekarang ini, proses pembelajaran kita dilaksanakan dalam satu ruangan meskipun kita memiliki sepuluh kelas yang siap digunakan,” ungkap Sofia sambil menunjukkan kesedihan.
Keadaan ini mencerminkan kesulitan signifikan bagi institusi pendidikan kecil di luar kota, terlebih lagi untuk mereka yang berdekatan dengan area konstruksi besar-besaran. Dalam iklim serba membangun seperti saat pengerjaan Bandara Kertajati serta sejumlah program penting lainnya, ada narasi tentang satu buah sekolah yang secara bertahap mulai meredup aktivitasnya.
Saat ini, SDN Kertasari 3 hanya dapat mengandalkan pengawasan dan dukungan dari pihak pemerintah serta komunitas lokal untuk terus bertahan, atau minimal jangan sampai berubah menjadi gedung yang ditinggalkan diiringi sawah-sawah.
(NANA WASKANA)
Post Comment