— Kapal penelitian ini sudah bekerja di seluruh bagian dunia dan menambahkan banyak pada bidang ilmiah. Di wilayah Provinsi Papua Selatan, kelompok Tunas Sawa Erma (TSE) tengah merancang kapal penelitian bernama Papua Lestari dengan tujuan mengungkap lebih jauh tentang kehidupan kura-kura hidung babi serta ekosistem sungainya yang menjadi tempat tinggal mereka.
Kapal itu dapat mengakomodasi hingga lima orang. Di samping area khusus untuk peralatan riset mereka, kapal ini pun telah disematkan berbagai macam fitur guna membantu tugas-tugas ilmuwan tersebut.
Kapal ini berperan sebagai alat vital untuk melaksanakan studi mengenai ekosistem perairan di Papua, terkhusus kura-kura hidung babi. Melalui Kapal Papua Lestari, tim riset dapat menjalankan tugasnya secara efisien dan hal tersebut diyakini bakal memajukan mutu dari penelitian-penelitian itu.
Rupanya kapal riset Papua Lestari adalah sarana yang diberikan oleh TSE Group, bukan sekadar moda transportasi untuk para ilmuwan tetapi juga sebagai lambang penghijauan dan konservasi.
“Papua Lestari dirancang untuk mempelajari ekosistem di Sungai dan rawa di Papua, termasuk kura-kura hidung babi, berbagai jenis ikan, ular, serta organisme lainnya. Di samping itu, kapal penelitian ini bertujuan pula sebagai perwujudan kesadaran publik mengenai kepentingan perlindungan alam,” jelas Direktur TSE Group Luwy Leunufna.
Pembangunan kapal ini adalah bagian dari janji program Perlindungan Papua yang diinisiasi oleh TSE Group bersama dengan IPB University mulai tahun 2022. Tujuan utamanya adalah melindungi hak hidup serta meningkatkan kesadaran publik mengenai konservasi spesies endemic.
“Proyek ini tidak hanya mengutamakan pelestarian untuk penyu hidung babi saja, tetapi juga spesies asli Papua lainnya, yakni burung cendrawasih besar kuning di kabupaten Merauke dan Boven Digoel, Papua Selatan,” jelas Luwy Leunufna.