Desa Sadar Kerukunan: Budaya Sebagai Jembatan Harmoni di Klaten

Desa Sadar Kerukunan: Budaya Sebagai Jembatan Harmoni di Klaten



Usaha untuk membina persenyawaan di lingkungan multikultural tidak dapat hanya bergantung pada pendekatan berbasis norma atau struktur saja. Kebudayaan serta kebijaksanaan setempat menjadi bagian vital yang dapat dimanfaatkan sebagai fondasi kokoh dalam menyusun dan menjaga keseimbangan sosial hingga level keluarga besar.

Hal tersebut disampaikan oleh KH Syamsuddin Asyrofi, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Klaten, dalam acara Koordinasi dan Silaturahmi Forkompincam, Paguyuban Kerukunan Umat Beragama (PKUB), serta para kepala desa/kelurahan se-Kecamatan Jatinom, Rabu, 21 Mei 2025.

“Model pembangunan desa yang sadar akan persatuan berdasarkan budaya dan kebijaksanaan setempat merupakan komponen penting dalam upaya nyata untuk memelihara kedamaian masyarakat,” ungkap Syamsuddin.


Merawat Kerukunan Lewat Kearifan Lokal

Menurut Syamsuddin, tindakan penting untuk menciptakan sebuah desa yang paham akan kerukunan bisa diawali dengan pengenalan terhadap nilai-nilai budaya serta kebijaksanaan tradisional yang ada pada warga setempat. Setelah itu, prinsip-prinsip tersebut dapat dirancang menjadi berbagai aktivitas atau proyek yang melibatkan semua orang, tanpa diskriminasi, dan sesuai dengan kondisi sosial maupun lingkungan sekitarnya.

“Masyarakat perlu dimasukkan dalam proses dari tahap pertama supaya program dapat secara efektif menanggapi keperluan mereka,” terangkan dia.

Syamsuddin menggarisbawahi kepentingan partisipasi berbagai pihak di kalangan tokoh masyarakat—mulai dari tokoh agama, budaya, sampai pemuda—dalam memelihara keserasian, meredam perselisihan sosial, serta bertindak sebagai penghubung komunikasi antar grup.

Dia juga menggarisbawahi kesesuaian dari kolaborasi antar-sektoral, termasuk bersinergi dengan pihak berwenang, organisasi masyarakat sipil, dan institusi agama guna memperkuat kelangsungan upaya-upaya perdamaian dalam lingkup pedesaan.


Desa Peduli Kebersamaan Sebagai Aksi Bersama

Pada kesempatan tersebut, Camat Jatinom Agus Sunyata menekankan bahwa budaya mempunyai daya ungul dalam merancang komunikasi yang efisien, mendingan kanal-keberagaman, serta memperkokoh rasa hormat terhadap perbedaan.

“Melalui kebiasaan, upacara bersama, serta nilai-nilai budaya seperti bela rasa dan penghargaan terhadap satu sama lain, komunitas dapat membina tali persaudaraan yang melintasi berbagai perbedaan,” ujarnya.

Agus menyebutkan pula harapan agar Kehadiran Desa Sadar Kerukunan dapat bermanfaat sebagai model serta inspirasi untuk desa-desa lainnya dalam merawat keragamannya yang damai dan aktif.

“Budaya tak sekadar peninggalan dari zaman dahulu, melainkan juga senjata penting dalam membangun masa depan yang tentram,” tegasnya.

Inisiatif untuk membangun Desa/Kelurahan Sadar Kerukunan dengan menggunakan dasar budaya sebenarnya tidak semata-mata merupakan satu program sektor tertentu, tetapi menjadi sebuah upaya bersama dari seluruh komunitas. Desa yang berhasil merangkul dan menyelesaikan perbedaan lewat lensa kebudayaan diharapkan dapat lebih tangguh dalam menghadapi konflik sosial.

Dengan metode ini, desa-desadi Klaten, khususnya di Kecamatan Jatinom dapat berperan sebagai benteng perdamaian, yang tak sekadar mengakhiri perselisihan dengan jalan musyawarah, melainkan juga menciptakan ikatan kebersamaan yang kokoh.

***

Post Comment